Musim ini adalah musim terakhir hak siar EPL ada di tangan escetepe dan tipi naga, musim depan belum jelas apakah siaran live EPL masih ada yang free to air (tanpa bayar di tipi nasional) ataukah sudah full lepas ke tangan remason dan iluminati saluran berbayar.
 
Karena perlu diketahui hak siar EPL dijual per 3 musim bukan kontrak musiman, jadi kalau sebuah stasiun televisi mau membeli hak siarnya harus dibayar full untuk 3 musim selanjutnya, ditambah lagi membeli hak siarnya bukan langsung ke pihak EPL di Inggris, tetapi melalui pemenang tender di kawasan terdekat (dalam hal ini kalo Indonesia membelinya melalui sebuah perusahaan di Singapura, kalo gak salah).Padahal fakta lainnya lagi, setiap 3 tahun pula hak siar EPL pasti selalu naik fantastis bahkan membuat Amin Richman gak mampu beli.

Fakta kampretnya lagi saya sebagai fans klub ayam london (dibaca : Tottenham) di tahun terakhirnya escetepe dan tipi naga memegang hak siar belum sekalipun pertandingan Tottenham disiarkan di tipi mereka. Padahal ini sudah sampai pekan ke-9 dan Tottenham sudah melawan 3 tim papan atas (Man Utd, Man City, Liverpool, Crystal Palace). Kalau seperti itu kan kasihan saya dan fans2 klub ayam london yang lainnya apabila mau menonton pertandingan EPL Tottenham harus pergi ke nonbar terdekat atau harus streaming, padahal kan tidak setiap kota ada acara nonbar + harga paketan internet sekarang juga udah mahal.

Selanjutnya saya menghimbau untuk escetepe dan tipi naga untuk setidaknya memberikan keadilan sosial bagi seluruh fans EPL di Indonesia terutama bagi fans2 tim papan bawah macam tim saya Tottenham, Norwich, Chelsea, Bournemouth, untuk bisa sedidaknya menyaksikan beberapa pertandingan tim2 mereka di layar kaca tipi kalian tanpa harus bayar biaya es teh 10 ribu di cafe tempat nonbar atau beli paketan streaming 50rb untuk 1GB.

Apabila surat terbuka ini tidak diindahkan oleh pihak tipi bersangkutan, jangan heran lagi besok akan ada gerakan #koinuntukEPL di twitter atau petisi "Gerakan dukung Fisip Meraung tampil di Inbox" terpampang di halaman depan change.org.

(sumber foto : www.theguardian.com)